1. Jelaskan pengertian kepemimpinan & perkembangan teori kepemimpinan
Kepemimpinan
atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab
prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi
kesejahteraan manusia. Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar
menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan
adanya beberapa kesamaan.
Dalam perkembangannya, studi tentang kepemimpinan berkembang sejalan dengan kemajuan zaman yang dikategorikan Yukl (2005:12) menjadi lima pendekatan yaitu : (1) pendekatan ciri, (2) pendekatan perilaku; (3) pendekatan kekuatan – pengaruh; (4) pendekaan situasional; dan (5) pendekatan integrative
Dalam perkembangannya, studi tentang kepemimpinan berkembang sejalan dengan kemajuan zaman yang dikategorikan Yukl (2005:12) menjadi lima pendekatan yaitu : (1) pendekatan ciri, (2) pendekatan perilaku; (3) pendekatan kekuatan – pengaruh; (4) pendekaan situasional; dan (5) pendekatan integrative
- Teori
Genetik (Genetic
Theory).
Penjelasan
kepemimpinan yang paling lama adalah teori kepemimpinan “genetic” dengan
ungkapan yang sangat populer waktu itu yakni “a leader is born, not made”.
Seorang dilahirkan dengan membawa sifat-sifat kepemimpinan dan tidak perlu
belajar lagi. Sifat-sifat utama seorang pemimpin diperoleh secara genetik dari
orang tuanya.
- Teori
Sifat (Trait
Theory).
Sesuai
dengan namanya, maka teori ini mengemukakan bahwa efektivitas kepemimpinan
sangat tergantung pada kehebatan karakter pemimpin. “Trait” atau sifat-sifat
yang dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik dan kemampuan social.
Penganut teori ini yakin dengan memiliki keunggulan karakter di atas, maka
seseorang akan memiliki kualitas kepemimpinan yang baik dan dapat menjadi
pemimpin yang efektif. Karakter yang harus dimiliki oleh seseorang menurut
Judith R. Gordon mencakup kemampuan yang istimewa dalam (1) Kemampuan
Intelektual (2) Kematangan Pribadi (3) Pendidikan (4) Status Sosial dan Ekonomi
(5) “Human Relations” (6) Motivasi Intrinsik dan (7) Dorongan untuk maju
(achievement drive).
- Teori
Perilaku (The Behavioral Theory).
Mengacu
pada keterbatasan peramalan efektivitas kepemimpinan melalui teori “trait”,
para peneliti pada era Perang Dunia ke II sampai era di awal tahun 1950-an
mulai mengembangkan pemikiran untuk meneliti “behavior” atau perilaku seorang
pemimpin sebagai cara untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan. Fokus
pembahasan teori kepemimpinan pada periode ini beralih dari siapa yang memiliki
kemampuan memimpin ke bagaimana perilaku seseorang untuk memimpin secara
efektif.
- Situasional
Leadership.
Pengembangan
teori situasional merupakan penyempurnaan dan kekurangan teori-teori sebelumnya
dalam meramalkan kepemimpinan yang paling efektif. Dalam “situational
leadership” pemimpin yang efektif akan melakukan diagnose situasi, memilih gaya
kepemimpinan yang efektif dan menerapkannya secara tepat. Seorang pemimpin yang
efektif dalam teori ini harus bisa memahami dinamika situasi dan menyesuaikan
kemampuannya dengan dinamika situasi yang ada. Empat dimensi situasi yakni
kemampuan manajerial, karakter organisasi, karakter pekerjaan dan karakter
pekerja. Keempatnya secara dinamis akan memberikan pengaruh terhadap
efektivitas kepemimpinan seorang
- Transformational
Leadership.
Pemikiran
terakhir mengenai kepemimpinan yang efektif disampaikan oleh sekelompok ahli
yang mencoba “menghidupkan” kembali teori “trait” atau sifat-sifat utama yang
dimiliki seseorang agar dia bisa menjadi pemimpin. Robert House menyampaikan
teori kepemimpinan dengan menyarankan bahwa kepemimpinan yang efektif
mempergunakan dominasi, memiliki keyakinan diri, mempengaruhi dan menampilkan
moralitas yang tinggi untuk meningkatkan kadar kharismatiknya (Ivancevich, dkk,
2008:213)
Dengan
mengandalkan kharisma, seorang pemimpin yang “transformational” selalu
menantang bawahannya untuk melahirkan karya-karya yang istimewa. Langkah yang
dilaksanakan pada umumnya adalah dengan membicarakan dengan pengikutnya,
bagaimana sangat pentingnya kinerja mereka, bagaimana bangga dan yakinnya
mereka sebagai anggota kelompok dan bagaimana istimewanya kelompok sehingga
dapat menghasilkan karya yang inovatif serta luar biasa.
Menurut
pencetus teori ini, pemimpin “transformational” adalah sangat efektif karena
memadukan dua teori yakni teori “behavioral” dan “situational” dengan kelebihan
masing-masing. Atau, memadukan pola perilaku yang berorientasi pada manusia
atau pada produksi (employee or production-oriented) dengan penelaahan situasi
ditambah dengan kekuatan kharismatik yang dimilikinya. Tipe pemimpin
transformational ini sesuai untuk organisasi yang dinamis, yang mementingkan
perubahan dan inovasi serta bersaing ketat dengan perusahaan-perusahaan lain
dalam ruang lingkup internasional. Syarat utama keberhasilannya adalah adanya
seorang pemimpin yang memiliki kharisma. (Ivancevich, 2008:214)
Sumber : http://felixdeny.wordpress.com/2012/01/07/definisi-kepemimpinan-dan-macam-macam-gaya-kepemimpinan/
http://teorionline.wordpress.com/tag/perkembangan-teori-kepemimpinan/
2. Tuliskan tipe gaya dan perilaku pemimpin
Sumber : http://felixdeny.wordpress.com/2012/01/07/definisi-kepemimpinan-dan-macam-macam-gaya-kepemimpinan/
http://teorionline.wordpress.com/tag/perkembangan-teori-kepemimpinan/
2. Tuliskan tipe gaya dan perilaku pemimpin
1. Gaya
Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Adalah
gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari
dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab
dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya
melaksanakan tugas yang telah diberikan.
2. Gaya
Kepemimpinan Demokratis / Democratic
Gaya
kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara
luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan
bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin
memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
3. Gaya
Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire
Pemimpin
jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya
yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.
Keempat
gaya kepemimpinan berdasarkan kepribadian adalah :
1. Gaya
Kepemimpinan Karismatis
2. Gaya
Kepemimpinan Diplomatis
3. Gaya
Kepemimpinan Otoriter
4. Gaya
Kepemimpinan Moralis
Gaya Kepemimpinan Karismatik
Kelebihan
gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka terpesona
dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan
gaya kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan
tantangan.
Mungkin,
kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di analogikan dengan
peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka mampu menarik orang untuk
datang kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang – orang yang datang ini akan
kecewa karena ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan ternyata tidak
dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan
alasan, permintaan maaf, dan janji.
Gaya Kepemimpinan Diplomatis
Kelebihan
gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan perspektifnya. Banyak orang
seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Sisanya,
melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan kepribadian putih
ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan jelas! Apa yang menguntungkan dirinya,
dan juga menguntungkan lawannya.
Kesabaran
dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya diplomatis ini. Umumnya,
mereka sangat sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini bisa
sangat keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak menyengangkan
tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang
membuat para pengikutnya meninggalkan si pemimpin.
Gaya Kepemimpinan Otoriter
Kelebihan
model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian prestasinya. Tidak ada
satupun tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia
memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada
adalah hasil. Langkah – langkahnya penuh perhitungan dan sistematis.
Dingin
dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini.
Mereka sangat mementingkan tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara.
Makan atau dimakan adalah prinsip hidupnya.
Gaya Kepemimpinan Moralis
Kelebihan
dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka hangat dan sopan
kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan
para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan ada dalam diri
pemimpin ini. Orang – orang yang datang karena kehangatannya terlepas dari
segala kekurangannya.
Kelemahan
dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya. Rata orang seperti ini sangat
tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat
menyenangkan dan bersahabat.
Jika
saya menjadi pemimpin, Saya akan lebih memilih gaya kepemimpinan demokratis.
Karena melalui gaya kepemimpinan seperti ini semua permasalahan dapat di selesaikan dengan kerjasama antara atasan dan bawahan. Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin dengan baik.
Karena melalui gaya kepemimpinan seperti ini semua permasalahan dapat di selesaikan dengan kerjasama antara atasan dan bawahan. Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin dengan baik.
Perilaku
seorang pemimpin ketika memimpin anak buah akan memperoleh tanggapan atau
reaksi dapat berupa sikap atau perilaku bawahan. Reaksi perilaku itu tidak saja
gerakan badan, tetapi termasuk ucapan, sepak terjang sebagai reaksi pengikut
terhadap kepemimpinan seorang pemimpin. Tanggapan itu dapat bersifat
terang-terangan atau tersembunyi dengan berbagai bentuk.
Sumber :
3. Nama-nama
tokoh yang berhasil memimpin &
bidang yang dikuasainya
1. Ferdinand
Marcos
Siapa yang
tak kenal nama Ferdinand Marcos yang terpilih sebagai Presiden Filipina pada
tahun 1964. Selama dua dekade masa pemerintahannya, Marcos Selalu menggaungkan
ancaman komunis revolusioner, dan menggunakannya untuk membenarkan aksinya
mematikan media dan menangkap beberapa lawan politiknya. Di masa kepemimpinan
Marcos, kronisme dan korupsi meluas. Miliaran uang negara disedot ke rekening
pribadi Marcos di Swiss.
Pada tahun
1986, Marcos kembali terpilih menjadi Presiden Filipina. Namun pemilu yang
diduga dipenuhi kecurangan, intimidasi dan kekerasan ini menjadi titik klimaks
bagi dirinya. Marcos akhirnya diturunkan dari jabatannya dalam Revolusi EDSA
pada tahun yang sama. Bersama istrinya, Imelda, Marcos melarikan diri dari
Filipina. Marcos meninggal di pengasingannya di Hawaii pada tahun 1989.
2. Husni
Mubarak
Husni
Mubarak yang merupakan mantan Komandan Angkatan Udara Mesir ini, memulai karir
politiknya pada 1975 sebagai Wakil Presiden. Mubarak menjabat sebagai Presiden
Mesir selama 3 dekade sejak tahun 1981. Di bawah kepemimpinan Mubarak, Mesir
menjalin hubungan baik dengan Amerika Serikat. Bantuan miliaran dolar AS
berhasil didapatkannya dalam rangka menjaga dukungan untuk Israel dan membasmi
politik Islam. Namun, pada 11 Februari 2011, Mubarak yang berusia 83 tahun ini
akhirnya mengundurkan diri dari kursinya sebagai presiden menyusul aksi unjuk
rasa besar-besaran oleh rakyat Mesir selama 18 hari di awal 2011 yang menewaskan
850 orang.
3. Fulgencio
Batista
Fulgencio Batista yang menjabat Presiden Kuba selama 2 dekade ini dikenal
sebagai pemimpin diktator yang brutal yang memimpin Kuba sejak 1933. Pada tahun
1944, masa jabatannya berakhir dan Batista pun meninggalkan Kuba. Namun, 8
tahun kemudian, Batista melancarkan aksi kudeta dan berhasil memimpin kembali
Kuba. Hampir semua sektor pemerintah dikontrol secara otoriter oleh Batista.
Mulai dari ekonomi, kongres, pendidikan, hingga media. Selain itu, Batista juga
memperkaya dirinya sendiri dengan uang negara. Batista berhasil dilengserkan
dari jabatannya pada tahun 1959, melalui Revolusi Kuba yang dipimpin oleh Fidel
Castro. Setelah itu, Batista diketahui kabur ke luar negeri dan
berpindah-pindah tempat tinggal, hingga akhirnya meninggal pada 1973 di
Guadalamina, Spanyol.
4. Antonio
Salazar
Nama Antonio Salazar dinilai menjadi salah satu pemimpin paling otoriter di
Benua Eropa. Salazar memimpin Portugal sejak 1932 hingga 1968. Bentuk
pemerintahan Salazar disebut nasionalis konservatif, atau sebagian orang
menyebutnya fasis. Salazar memegang teguh visi anakronistik, yakni bahwa
Portugal masih memiliki kekuatan kekaisaran dan berhak menginvasi
koloni-koloninya di selatan Afrika. Rezim Salazar dijuluki ‘Estado Novo’ atau
negara baru, yang membanggakan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi, namun masih
sarat dengan penindasan. Pada tahun 1960-an, muncul pemberontakan besar-besaran
terhadap rezim Salazar di Mozambik dan Angola. Saat menderita pendarahan otak
pada tahun 1968, Salazar dilengserkan dari kekuasaannya secara diam-diam. Dan
tahun 1974, Revolusi Bunga menandai berakhirnya rezim Salazar.
5. Pol Pot
Hanya 4 tahun Pol Pot dan Khmer Merah memerintah Kamboja. Tapi selama kurun
waktu 1975-1979, tidak kurang dari 1,7 juta rakyat Kamboja dibantai. Pol Pot
yang dipanggil ‘saudara nomor satu’ ini membuat Kamboja menjadi ladang
pembantaian. Invasi Vietnam ke Kamboja tahun 1978 membuat Pol Pot terdesak dari
Phnom Penh. Dia melanjutkan pemerintahannya dari hutan. Sebelum akhirnya
persembunyiannya dibocorkan anak buahnya sendiri. Pol Pot tewas saat menjalani
tahanan rumah tanggal 15 April 1998.